Senin, 15 September 2014

BAB 1
YADNYA

Kompetensi Inti
KI 1:  Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,  gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,  kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah,  menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
1.1  Membiasakan mengucapkan salam agama Hindu
1.2  Membiasakan mengucapkan dainika upasana (doa sehari-hari).
2.1 Toleran terhadap sesama, keluarga, dan lingkungan dengan cara menyayangi ciptaan Sang Hyang Widhi (Ahimsa).
2.2 Berperilaku jujur (Satya), menghargai dan menghormati  (Tat Tvam Asi) makhluk ciptaan Sang Hyang Widhi
3.1  Memahami hakekat dan nilai-nilai Yajňa yang terkandung dalam kitab Ramayana
4.1 Mempraktikkan pelaksanaan yadnya menurut kitab Ramayana dalam kehidupan

Indicator

  1. Menjelaskan pengertian yadnya
  2. Menguraikan dasar pelaksanaan yadnya
  3. Menjelaskan tujuan yadnya
  4. Meguraikan bentuk-bentuk yadnya dalam kehidupan
  5. Menguraikan pokok-pokok ajaran panca yadnya
  6. Menguraikan nilai-nilai yadnya dalam kehidupan
  7. Membuat Sinopsis Cerita Ramayana
  8. Mencari nilai-nilai yadnya yang terkandung dalam kitab Ramayana

  1. PENGERTIAN YADNYA

Yajna adalah salah satu aspek keimanan dalam agama Hindu. Secara etimologi kata yajna berasal dari bahasa sansekerta yaitu akar kata “yaj” yang artinya memuja, mempersembahkan, berkorban. Yajna berarti pemujaan, persembahan, atau korban suci. Yajus berarti aturan tentang yajna. Yajana berarti pelaksanaan yajna, sedangkan yajamana berarti orang yang melakukan yajna.

Secara terminology yajna memiliki pengertian sebagai berikut :
  • Dalam kitab Wraspati tattwa
Yajna ngaraning manghanaken homa
Artinya :
Yajna artinya mengadakan homa
  • Dalam kitab Agastya parwa
Yajna ngaranya “agnihotradi”kapujan sang hyang Siwagni pinakadinya
Artinya :
Yajna artinya “agnihotra” yang utama yaitu pemujaan atau persembahan kepada Sang Hyang Siwa Agni
Dalam kitab Bhagawadgita III.14 disebutkan :
Persembahan (yajna) tersebutkan menimbulkan hujan. Dari hujan lahirlah makanan. Dari makanan lahirlah mahkhluk hidup. Sedangkan yajna itu sendiri lahir dari karma.

Jadi yajna adalah segala bentuk pemujaan atau persembahan dan pengorbanan yang tulus ikhlas yang timbul dari hati yang suci demi maksud-maksud mulia dan luhur.

Di dalam Bhagawadgita disebutkan yajna adalah sebagai suatu perbuatan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kesadaran untuk melakukan persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi. Ada beberapa unsure yang mutlak yang terkandung dalam yajna yaitu :
  1. Karya  : adanya perbuatan
  2. Sreya   : ketulus ikhlasan
  3. Budhi : kesadaran
  4. Bhakti : persembahan

Jadi semua perbuatan yang berdasarkan dharma dan dilakukan dengan tulus ikhlas dapat disebut yajna. Dalam Bhagawadgita ditegaskan lagi bahwa belajar dan mengajar didasari oleh keikhlasan serta penuh pengabdian untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa adalah tergolong yajna. Memelihara lingkungan juga disebut yajna. Mengendalikan hawa nafsu dan panca indria adalah yajna. Membaca kitab suci Weda, sastra agama yang dilakukan dengan tekun dan ikhlas adalah yajna. Jadi jelaslah yajna itu bukanlah terbatas pada kegiatan upacara keagamaan saja. Upacara dan upakaranya merupakan bagian dari yajna.

Bhagawadgita III.9 disebutkan bahwa : setiap melakukan pekerjaan hendaklah dilakukan sebagai yajna dan untuk yajna. Selanjutnya dalam Bhagawadgita III.12 disebutkan : para dewa akan memelihara manusia dengan memberikan kebahagiaan. Karena itu, manusia yang mendapatkan kebahagiaan bila tidak membalas pemberian itu dengan yajna pada hakekatnya dia adalah pecuri.

Makanan yang dipersembahkan itu menjadi prasadam yang oleh umat Hindu di Bali disebut lungsuran. Yang dalam bahasa bali artinya hasil dari memohon kepada Tuhan. Prasadam dalam bahasa sansekerta artinya anugrah Tuhan.

Kitab Atharwa Weda menjelaskan bahwa yajna adalah merupakan salah satu pilar penyangga tegaknya kehidupan di dunia ini. Sebagai dasar utama dalam melaksanakan yajna adalah ketulus ikhlasan dan kesucian hati masing-masing individu yang mempersembahkannya.

  1. DASAR PELAKSANAAN YAJNA

  1. Bahwa alam semesta ini dengan segala isinya adalah berdasarkan yadnya. Dijelaskan dalam kitab Bhagawadgita III.10.
  2. Tri rna yaitu :
-          Dewa rna : hutang kepada Ida Sang Hyang Widhi
-          Rsi rna : hutang kepada para Maha Rsi
-          Pitra rna : hutang kepada orang tua atau leluhur

Dasar hukum yadnya yaitu :
  1. Bhagawadgita VII.20
Sa taya sraddhaya yuktas, tasyaradhanam ihate, labhate ca tatah Kaman,mayaiva vihitan hi tan.
Artinya :
Diberkahi dengan kepercayaan itu dia mencari penyembahan pada itu dan pula dia dapat apa yang dicita-citakan dan hasil mana adalah pemberian dari aku sendiri.

  1. Rg Veda Mandala 1 bagian kelima Sukta 18.23.8
Menyebutkan : dia membahagiakan sajian, dia meningkatkan upacara korban, suara pujaan kami sampai kepada Tuhan.

  1. Brahmana Purana : 20
Menyebutkan tujuh kesadaran yang diberikan oleh Hyang Citta kepada makhluk. Adalah tidak tamak, member, kesetiaan, kebenaran, ilmu pengetahuan, kesadaran, yadnya.

  1. Manawa Dharmasastra : Buku I.22
Karmatmanam ca devanam, so srjatpraninam prabhuh, sadhyanam ca gunam suksmam, yajnam caiva sanatanam.
Artinya :
Tuhan yang menciptakan tingkatan-tingkatan dari pada dewa-dewa yang memiliki hidup dan mempunyai sifat bergerak, juga diciptakan tingkat sadhya yang berbadan halus serta upacara-upacara yang kekal.

3.      TUJUAN YAJNA
a.       Untuk mengamalkan ajaran weda
Weda adalah sumber ajaran Agama Hindu. Weda memuat berbagai macam cara dan corak praktek ajaran agama Hindu yang disebut yajna. Demikian salah satu cara untuk mengungkapkan ajaran weda adalah dengan yajna. Yajna merupakan pengamalan ajaran weda dalam bentuk symbol-simbol.

b.      Untuk meningkatkan kualitas diri
Yajna adalah sebagai salah satu bagian dari ajaran agama Hindu yang bertujuan untuk mengurangi rasa keakuan atau egois manusia. Setiap usaha yang ditujukan untuk mengurangi rasa egois, menghilangkan rasa keakuan, dorongan-dorongan nafsu yang meledak-ledak dan yang lainnya menuju kea rah kenikmatan yang lebih sempurna, tentu memerlukan pengorbanan yajna

c.       Untuk  Penyucian.
Seluruh aktifitas kehidupan manusia yang dilandasi oleh dharma dan ketulusan hati yang melaksanakannya adalah yadnya. Aktifitas yang dimaksud adalah baik yang berhubungan langsung dengan dirinya sendiri, sesamanya, alam lingkungannya dan juga kehadapan Tuhan Yang Maha Esa dan manifestasi-Nya. Pelaksanaan yadnya seperti : Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya, pada bagian-bagian tertentu dari pelaksanaannya mengandung makna dan tujuannya sebagai penyucian atau pembersihan. Kesucian merupakan landasan yang utama yang patut ditegakkan dalam melaksanakan ajaran agama.

Beryadnya merupakan salah satu upaya untuk mengamalkan ajaran agama. Setiap saat bila akan melaksanakan upacara agama misalnya, baik yang bersifat kecil (sehari-hari) maupun yang besar (hari-hari tertentu) sebelumnya mesti didahului dengan melaksanakan penyucian diri atau lingkungan sekitarnya. Upacara yadnya tidak akan pernah berarti apabila orang yang melaksanakannya belum memiliki kesiapan dan kesucian rohani. Dengan demikian maka yang patut dijadikan landasan dalam melaksanakan yadnya adalah : jasmani yang suci, hati yang suci, kehidupan yang suci sesuai dengan ketentuan moral dan spiritual. Jadi dididik untuk selalu belajar hidup suci. Suci dalam arti lahir bathin dan pikiran.

Dalam kitab Manawa Dharmasastra V.109 menyebutkan sebagai berikut :
Adbhirgatrani suddhayanti manah satyena suddhayanti, widyatapobhyam bhutatma buddhir jnanena suddhyanti.
Artinya :
Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran, jiwa manusia dibersihkan dengan pelajaran suci dan tapa brata, kecerdasan dibersihkan dengan pengetahuan yang benar.

Ketulusan dan kesucian hati, sradha, kebaktian dan keimanan yang menyatu melahirkan spiritual yang lebih tinggi pada manusia. Upacara yadnya tidak akan pernah berarti apabila orang yang melaksanakannya belum memiliki kesiapan dan kesucian rohani. Dengan demikian maka yang patut kita jadikan landasan dalam melaksanakan yadnya adalah jasmani yang suci, hati yang suci, kehidupan yang suci, dan kehidupan yang sesuai dengan ketentuan moral dan spiritual.

d.      Untuk Dijadikan Sarana Berhubungan dengan Tuhan.

Yadnya, upakara dan upacara dalam pandangan umay Hindu merupakan sarana yang dapat dipergunakan untuk mengadakan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasinya. Melaksanakan yadnya berarti melaksanakan yoga. Mengadakan yadnya bukan hanya dilaksanakan oleh para Pendeta, melainkan juga oleh masyarakat pada umumnya. Didalam melaksanakan yadnya terdapat tiga unsur yang saling berkaitan erat yang disebut “Tri Manggalaning Yadnya” yang terdiri dari  :
1.      Sang Yajamana  adalah orang yang mempunyai atau yang melaksanakan yadnya tersebut.           
2.      Sang Widya/Pancagra  adalah tukang banten.
3.      Sang Sadhaka  adalah orang yang muput  upacara tersebut (Sulinggih).

Semua umat yang melaksanakan yadnya tanpa disadari sebenarnya sudah melakukan yoga, yaitu pemusatan pikiran kehadapan Ida Sang Hyang Widhi serta mengadakan pengendalian diri secara utuh. Sebagaimana kita ketahui masyarakat yang beryadnya, dari awal perencanaan, tahap persiapan upakara, sampai pada puncak upacara dan akhir pelaksanaan yadnya yang bersangkutan mengiringinya dengan sikap bathin yang suci serta pikirannya terpusat kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

e.       Untuk Mencetuskan Rasa Terimakasih.

Dalam realita hidup ini hanya yang dilahirkan menjadi manusia yang dapat menyampai-kan rasa syukur atau berterima kasih kepada sesamanya, alam lingkungannya dan kepada Sang Pencipta serta semua yang ada ini. Berterimakasih atau bersyukur adalah merupakan salah satu kewajiban kita sebagai manusia. Karena menyampaikan rasa syukur baik melalui pikiran, ucapan maupun prilaku menurut petunjuk sastra-satra agama adalah merupakan sebuah yadnya.
     
Tentang keutamaan lahir dan hidup menjadi manusia dijelaskan dalam kitab Sarasamuscaya I.4
            iyam hi yonih prathama yam prapya jagatipate
            atmanam sakyate tratum karmabhih sublalaksanaih

artinya :

Sebab menjadi manusia sungguh utama juga, karena itu, ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan karma yang baik, demikianlah keistimewaan menjadi manusia.
      
       Dalam kitab Bhagawadgita disebutkan bahwa manusia diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi berlandaskan yadnya dan dengan yadnya pula manusia mencapai kesempurnaan yang maha tinggi.
       Kitab Bhagawadgita, III.1
       Devam bhavayata ‘nena
       Te deva bhavayantu vah
       Parasparam bhayayantah
       Sreyah param avapsyatha

Artinya :

       Dengan ini kamu memelihara para dewa
       Dan dengan ini pula para dewa memelihara dirimu
       Jadi dengan saling memelihara satu sama lain
       Kamu akan mencapai kebahagiaan yang maha tinggi.
      

Dalam ajaran agama Hindu untuk menyampaikan rasa terima kasih atas pengorbanan suci yang telah diterimanya dilakukan dengan pelaksanaan upacara yadnya.  Jadi pelaksanaan upacara yadnya adalah sebagai wujud cetusan rasa terimakasih. Dijelaskan pula bahwa setiap melakukan pekerjaan hendaklah dilakukan sebagai yadnya dan untuk yadnya.

Tidak ada komentar: