BAB 1
YADNYA
Kompetensi Inti
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
KI
2:
Mengembangkan
perilaku (jujur,
disiplin,
tanggungjawab, peduli,
santun, ramah lingkungan, gotong royong,
kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI
3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI
4: Mengolah, menalar,
dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi
Dasar
1.1 Membiasakan mengucapkan salam agama Hindu
1.2 Membiasakan
mengucapkan dainika upasana (doa sehari-hari).
2.1
Toleran terhadap sesama, keluarga, dan lingkungan dengan cara menyayangi
ciptaan Sang Hyang Widhi (Ahimsa).
2.2
Berperilaku jujur (Satya), menghargai dan menghormati (Tat Tvam Asi) makhluk ciptaan Sang Hyang
Widhi
3.1 Memahami hakekat dan nilai-nilai Yajňa yang
terkandung dalam kitab Ramayana
4.1 Mempraktikkan
pelaksanaan yadnya menurut kitab Ramayana dalam kehidupan
Indicator
- Menjelaskan pengertian yadnya
- Menguraikan dasar pelaksanaan yadnya
- Menjelaskan tujuan yadnya
- Meguraikan bentuk-bentuk yadnya dalam kehidupan
- Menguraikan pokok-pokok ajaran panca yadnya
- Menguraikan nilai-nilai yadnya dalam kehidupan
- Membuat Sinopsis Cerita Ramayana
- Mencari nilai-nilai yadnya yang terkandung
dalam kitab Ramayana
- PENGERTIAN
YADNYA
Yajna
adalah salah satu aspek keimanan dalam agama Hindu. Secara etimologi kata yajna
berasal dari bahasa sansekerta yaitu akar kata “yaj” yang artinya memuja,
mempersembahkan, berkorban. Yajna berarti pemujaan, persembahan, atau korban
suci. Yajus berarti aturan tentang yajna. Yajana berarti pelaksanaan yajna,
sedangkan yajamana berarti orang yang melakukan yajna.
Secara
terminology yajna memiliki pengertian sebagai berikut :
- Dalam kitab
Wraspati tattwa
Yajna ngaraning manghanaken homa
Artinya :
Yajna artinya
mengadakan homa
- Dalam kitab
Agastya parwa
Yajna ngaranya “agnihotradi”kapujan sang hyang
Siwagni pinakadinya
Artinya :
Yajna artinya
“agnihotra” yang utama yaitu pemujaan atau persembahan kepada Sang Hyang Siwa
Agni
Dalam kitab Bhagawadgita III.14 disebutkan
:
Persembahan
(yajna) tersebutkan menimbulkan hujan. Dari hujan lahirlah makanan. Dari
makanan lahirlah mahkhluk hidup. Sedangkan yajna itu sendiri lahir dari karma.
Jadi
yajna adalah segala bentuk pemujaan atau persembahan dan pengorbanan yang tulus
ikhlas yang timbul dari hati yang suci demi maksud-maksud mulia dan luhur.
Di
dalam Bhagawadgita disebutkan yajna adalah sebagai suatu perbuatan yang
dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kesadaran untuk melakukan persembahan
kepada Ida Sang Hyang Widhi. Ada beberapa unsure yang mutlak yang terkandung
dalam yajna yaitu :
- Karya : adanya perbuatan
- Sreya : ketulus ikhlasan
- Budhi : kesadaran
- Bhakti : persembahan
Jadi
semua perbuatan yang berdasarkan dharma dan dilakukan dengan tulus ikhlas dapat
disebut yajna. Dalam Bhagawadgita ditegaskan lagi bahwa belajar dan mengajar
didasari oleh keikhlasan serta penuh pengabdian untuk memuja Ida Sang Hyang
Widhi Wasa adalah tergolong yajna. Memelihara lingkungan juga disebut yajna.
Mengendalikan hawa nafsu dan panca indria adalah yajna. Membaca kitab suci
Weda, sastra agama yang dilakukan dengan tekun dan ikhlas adalah yajna. Jadi
jelaslah yajna itu bukanlah terbatas pada kegiatan upacara keagamaan saja.
Upacara dan upakaranya merupakan bagian dari yajna.
Bhagawadgita
III.9 disebutkan bahwa : setiap melakukan pekerjaan hendaklah dilakukan sebagai
yajna dan untuk yajna. Selanjutnya dalam Bhagawadgita III.12 disebutkan : para
dewa akan memelihara manusia dengan memberikan kebahagiaan. Karena itu, manusia
yang mendapatkan kebahagiaan bila tidak membalas pemberian itu dengan yajna
pada hakekatnya dia adalah pecuri.
Makanan
yang dipersembahkan itu menjadi prasadam yang oleh umat Hindu di Bali disebut
lungsuran. Yang dalam bahasa bali artinya hasil dari memohon kepada Tuhan.
Prasadam dalam bahasa sansekerta artinya anugrah Tuhan.
Kitab
Atharwa Weda menjelaskan bahwa yajna adalah merupakan salah satu pilar
penyangga tegaknya kehidupan di dunia ini. Sebagai dasar utama dalam
melaksanakan yajna adalah ketulus ikhlasan dan kesucian hati masing-masing
individu yang mempersembahkannya.
- DASAR
PELAKSANAAN YAJNA
- Bahwa alam
semesta ini dengan segala isinya adalah berdasarkan yadnya. Dijelaskan
dalam kitab Bhagawadgita III.10.
- Tri rna
yaitu :
-
Dewa
rna : hutang kepada Ida Sang Hyang Widhi
-
Rsi
rna : hutang kepada para Maha Rsi
-
Pitra
rna : hutang kepada orang tua atau leluhur
Dasar hukum
yadnya yaitu :
- Bhagawadgita
VII.20
Sa taya sraddhaya yuktas, tasyaradhanam ihate,
labhate ca tatah Kaman,mayaiva vihitan hi tan.
Artinya :
Diberkahi dengan
kepercayaan itu dia mencari penyembahan pada itu dan pula dia dapat apa yang
dicita-citakan dan hasil mana adalah pemberian dari aku sendiri.
- Rg Veda
Mandala 1 bagian kelima Sukta 18.23.8
Menyebutkan :
dia membahagiakan sajian, dia meningkatkan upacara korban, suara pujaan kami
sampai kepada Tuhan.
- Brahmana
Purana : 20
Menyebutkan
tujuh kesadaran yang diberikan oleh Hyang Citta kepada makhluk. Adalah tidak
tamak, member, kesetiaan, kebenaran, ilmu pengetahuan, kesadaran, yadnya.
- Manawa
Dharmasastra : Buku I.22
Karmatmanam ca devanam, so srjatpraninam prabhuh,
sadhyanam ca gunam suksmam, yajnam caiva sanatanam.
Artinya :
Tuhan yang
menciptakan tingkatan-tingkatan dari pada dewa-dewa yang memiliki hidup dan
mempunyai sifat bergerak, juga diciptakan tingkat sadhya yang berbadan halus
serta upacara-upacara yang kekal.
3. TUJUAN YAJNA
a.
Untuk
mengamalkan ajaran weda
Weda adalah
sumber ajaran Agama Hindu. Weda memuat berbagai macam cara dan corak praktek
ajaran agama Hindu yang disebut yajna. Demikian salah satu cara untuk
mengungkapkan ajaran weda adalah dengan yajna. Yajna merupakan pengamalan
ajaran weda dalam bentuk symbol-simbol.
b.
Untuk
meningkatkan kualitas diri
Yajna adalah
sebagai salah satu bagian dari ajaran agama Hindu yang bertujuan untuk mengurangi
rasa keakuan atau egois manusia. Setiap usaha yang ditujukan untuk mengurangi
rasa egois, menghilangkan rasa keakuan, dorongan-dorongan nafsu yang
meledak-ledak dan yang lainnya menuju kea rah kenikmatan yang lebih sempurna,
tentu memerlukan pengorbanan yajna
c. Untuk Penyucian.
Seluruh aktifitas kehidupan manusia yang
dilandasi oleh dharma dan ketulusan hati yang melaksanakannya adalah yadnya.
Aktifitas yang dimaksud adalah baik yang berhubungan langsung dengan dirinya
sendiri, sesamanya, alam lingkungannya dan juga kehadapan Tuhan Yang Maha Esa
dan manifestasi-Nya. Pelaksanaan yadnya seperti : Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya,
Rsi Yadnya, Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya, pada bagian-bagian tertentu dari
pelaksanaannya mengandung makna dan tujuannya sebagai penyucian atau
pembersihan. Kesucian merupakan landasan yang utama yang patut ditegakkan dalam
melaksanakan ajaran agama.
Beryadnya merupakan salah satu upaya untuk
mengamalkan ajaran agama. Setiap saat bila akan melaksanakan upacara agama
misalnya, baik yang bersifat kecil (sehari-hari) maupun yang besar (hari-hari
tertentu) sebelumnya mesti didahului dengan melaksanakan penyucian diri atau
lingkungan sekitarnya. Upacara yadnya tidak akan pernah berarti apabila orang
yang melaksanakannya belum memiliki kesiapan dan kesucian rohani. Dengan
demikian maka yang patut dijadikan landasan dalam melaksanakan yadnya adalah :
jasmani yang suci, hati yang suci, kehidupan yang suci sesuai dengan ketentuan
moral dan spiritual. Jadi dididik untuk selalu belajar hidup suci. Suci dalam
arti lahir bathin dan pikiran.
Dalam kitab Manawa Dharmasastra V.109 menyebutkan sebagai berikut :
Adbhirgatrani
suddhayanti manah satyena suddhayanti, widyatapobhyam bhutatma buddhir jnanena
suddhyanti.
Artinya :
Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran
disucikan dengan kebenaran, jiwa manusia dibersihkan dengan pelajaran suci dan
tapa brata, kecerdasan dibersihkan dengan pengetahuan yang benar.
Ketulusan dan kesucian hati, sradha,
kebaktian dan keimanan yang menyatu melahirkan spiritual yang lebih tinggi pada
manusia. Upacara yadnya tidak akan pernah berarti apabila orang yang
melaksanakannya belum memiliki kesiapan dan kesucian rohani. Dengan demikian
maka yang patut kita jadikan landasan dalam melaksanakan yadnya adalah jasmani
yang suci, hati yang suci, kehidupan yang suci, dan kehidupan yang sesuai
dengan ketentuan moral dan spiritual.
d. Untuk Dijadikan
Sarana Berhubungan dengan Tuhan.
Yadnya, upakara dan upacara dalam pandangan
umay Hindu merupakan sarana yang dapat dipergunakan untuk mengadakan hubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasinya. Melaksanakan yadnya berarti
melaksanakan yoga. Mengadakan yadnya bukan hanya dilaksanakan oleh para
Pendeta, melainkan juga oleh masyarakat pada umumnya. Didalam melaksanakan
yadnya terdapat tiga unsur yang saling berkaitan erat yang disebut “Tri
Manggalaning Yadnya” yang terdiri dari
:
1. Sang Yajamana
adalah orang yang mempunyai atau yang melaksanakan yadnya tersebut.
2. Sang Widya/Pancagra
adalah tukang banten.
3. Sang Sadhaka adalah
orang yang muput upacara tersebut
(Sulinggih).
Semua umat yang melaksanakan yadnya tanpa
disadari sebenarnya sudah melakukan yoga, yaitu pemusatan pikiran kehadapan Ida
Sang Hyang Widhi serta mengadakan pengendalian diri secara utuh. Sebagaimana
kita ketahui masyarakat yang beryadnya, dari awal perencanaan, tahap persiapan
upakara, sampai pada puncak upacara dan akhir pelaksanaan yadnya yang
bersangkutan mengiringinya dengan sikap bathin yang suci serta pikirannya
terpusat kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
e.
Untuk Mencetuskan Rasa Terimakasih.
Dalam realita hidup ini hanya yang dilahirkan
menjadi manusia yang dapat menyampai-kan rasa syukur atau berterima kasih
kepada sesamanya, alam lingkungannya dan kepada Sang Pencipta serta semua yang
ada ini. Berterimakasih atau bersyukur adalah merupakan salah satu kewajiban
kita sebagai manusia. Karena menyampaikan rasa syukur baik melalui pikiran,
ucapan maupun prilaku menurut petunjuk sastra-satra agama adalah merupakan
sebuah yadnya.
Tentang keutamaan lahir dan hidup menjadi
manusia dijelaskan dalam kitab Sarasamuscaya I.4
iyam
hi yonih prathama yam prapya jagatipate
atmanam
sakyate tratum karmabhih sublalaksanaih
artinya :
Sebab menjadi manusia sungguh utama juga,
karena itu, ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan karma
yang baik, demikianlah keistimewaan menjadi manusia.
Dalam
kitab Bhagawadgita disebutkan bahwa manusia diciptakan oleh Ida Sang Hyang
Widhi berlandaskan yadnya dan dengan yadnya pula manusia mencapai kesempurnaan
yang maha tinggi.
Kitab
Bhagawadgita, III.1
Devam bhavayata ‘nena
Te deva bhavayantu vah
Parasparam bhayayantah
Sreyah param avapsyatha
Artinya :
Dengan
ini kamu memelihara para dewa
Dan
dengan ini pula para dewa memelihara dirimu
Jadi
dengan saling memelihara satu sama lain
Kamu
akan mencapai kebahagiaan yang maha tinggi.
Dalam ajaran agama Hindu untuk menyampaikan
rasa terima kasih atas pengorbanan suci yang telah diterimanya dilakukan dengan
pelaksanaan upacara yadnya. Jadi
pelaksanaan upacara yadnya adalah sebagai wujud cetusan rasa terimakasih.
Dijelaskan pula bahwa setiap melakukan pekerjaan hendaklah dilakukan sebagai
yadnya dan untuk yadnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar